"selamat pagi" , ucapnya sembari mendaratkan kecupan kecil di bibirku. Tubuhku masih terlalu lelah tertindih nikmat semalam. Aku menarik tinggi kain tebal yang menyelimutiku. Mataku berputar ke sudut meja. memicingkan mata berusaha mengetahui seberapa lama mentari bekerja ditemani hiruk pikuk kota. Ah, Aku tak menemukannya. bagaimana bisa jika sebuah segitiga berwarna hitam menutupinya. Aku tersenyum, rupanya dia selamam begitu terburu2 hingga meletakkan milikku ditempat yang tak sewajarnya. Aku melihatnya mengepulkan asap-asap putih di balik meja. Ada jawaban yang kutemukan mengapa berada di pelukannya begitu nyaman. Dadanya bidang. "Selamat pagi" sahutku dengan terlambat. Senyumnya kecil. Dia melemparkan sebuah lirikan yang membuatku seperti telanjang. Kini aku sedang tak peduli berapa lama matahari sudah bekerja. Selembar kupon sarapan pagi di restoran sama sekali tak berguna baginya. Ia sedang melahap hidangannya. lekukan demi lekukan tubuh yang basah oleh peluh. Kecupan demi kecupan yang sontak kuikuti dengan gerakan tak karuan.
"Sudah lama kita gak ketemu. Gimana kabar?"
"Baik"
"Dia pendiam ya. Boleh juga. Pantas mencuri hatimu"
Ah dia kembali melemparkan lirikan nakal.
"Iya, itu dia yang dulu kukenalkan padamu lewat telepon. Cantik bukan?"
"Iya dong", ucap pria berdada bidang sembari tersenyum simpul.
Aku tersenyum anggun mendengar ucapannya. Handphoneku bergetar. Menimbulkan pergeseran kecil.
Dari sudut mata kulihat mereka tertawa.. bercerita entah mungkin canda jaman sekolah
•Lebih cantik tadi. Saat ku ucapkan selamat pagi•
Reply:
•Kamu bisa aja yaa•
Back. Option. End Chat.
Aku kembali menyeruput kopi ditengah dua sahabat yang sedang tertawa...
No comments:
Post a Comment