Monday, May 12, 2014

"Lebih cantik tadi pagi"

"selamat pagi" , ucapnya sembari mendaratkan kecupan kecil di bibirku. Tubuhku masih terlalu lelah tertindih nikmat semalam. Aku menarik tinggi kain tebal yang menyelimutiku. Mataku berputar ke sudut meja. memicingkan mata berusaha mengetahui seberapa lama mentari bekerja ditemani hiruk pikuk kota. Ah, Aku tak menemukannya. bagaimana bisa jika sebuah segitiga berwarna hitam menutupinya. Aku tersenyum, rupanya dia selamam begitu terburu2 hingga meletakkan milikku ditempat yang tak sewajarnya. Aku melihatnya mengepulkan asap-asap putih di balik meja. Ada jawaban yang kutemukan mengapa berada di pelukannya begitu nyaman. Dadanya bidang. "Selamat pagi" sahutku dengan terlambat. Senyumnya kecil. Dia melemparkan sebuah lirikan yang membuatku seperti telanjang. Kini aku sedang tak peduli berapa lama matahari sudah bekerja. Selembar kupon sarapan pagi di restoran sama sekali tak berguna baginya. Ia sedang melahap hidangannya. lekukan demi lekukan tubuh yang basah oleh peluh. Kecupan demi kecupan yang sontak kuikuti dengan gerakan tak karuan.

"Sudah lama kita gak ketemu. Gimana kabar?"
"Baik"
"Dia pendiam ya. Boleh juga. Pantas mencuri hatimu"

Ah dia kembali melemparkan lirikan nakal.

"Iya, itu dia yang dulu kukenalkan padamu lewat telepon. Cantik bukan?"
"Iya dong", ucap pria berdada bidang sembari tersenyum simpul.

Aku tersenyum anggun mendengar ucapannya. Handphoneku bergetar. Menimbulkan pergeseran kecil.
Dari sudut mata kulihat mereka tertawa.. bercerita entah mungkin canda jaman sekolah

•Lebih cantik tadi. Saat ku ucapkan selamat pagi•

Reply:
•Kamu bisa aja yaa•

Back. Option. End Chat.

Aku kembali menyeruput kopi ditengah dua sahabat yang sedang tertawa...

Sunday, February 23, 2014

Sebut saja dia Dewa



"Aku sayang loh sama kamu.” Ucapnya kemudian mengecup bibirku dengan lembut.

Aku tak bisa membayangkan, bagaimana rona wajahku saat ini. Dia memang hebat. Pria ini mampu membuat hatiku menjadi kebun bunga yang sedang bermekaran kapanpun ia mau. Bahkan hanya dengan menyatakan ungkapan disela ia main game sembari mengacak rambutku yang memang sudah berantakan.

Pria hebat itu bernama Dewa. Dia yang beberapa waktu ini meluluhlantahkan semua pertahanan hatiku. Dia begitu tampan. Tak peduli apapun yang ia kenakan, aku selalu dibuat terpesona olehnya. Dewa benar-benar tipikal pria idamanku. Dengan Tinggi badan mencapai 180cm dan bahunya yang tegap membuatnya lebih cocok menjadi seorang model  ketimbang seorang supir sebuah alat transportasi udara. Dadanya yang bidang membuatku selalu ingin bersandar disana. Kulitnya yang coklat membuatnya terlihat seksi daripada Lee Min Hoo. Ada sedikit perbedaan di warna kulit lengan kanan dan kirinya. Yang kanan terlihat lebih legam. Mungkin karna sinar UV yang setiap hari menyinarinya melalu jendela kokpit sebelah kanan. Alis yang tebal membuat sorot matanya semakin misterius.

Aku selalu dibuat salah tingkah oleh tatapan yang seolah menelanjangiku satu persatu.

Dia Dewa di relung hati yang tak terusik oleh siapapun.
Dia Dewa, yang menguasai otakku dipagi hari hingga tengah malam saat aku beranjak menapaki mimpi.
Dia Dewa, yang membuatku ingin bersandar dan menghentikan detik detik jam hingga tenggelam.
Dia Dewa, yang aku harapkan kelak berkebun saat aku memasak, Menyeruput kopi adukanku sebelum bekerja, Mengantarkan pahlawan kecil dan putri tercantik kami menuju mimpi, lalu mengecupku dan berbagi kasur hingga terlelap.


Selamat Malam Dewa