"Aku sayang loh sama kamu.” Ucapnya kemudian mengecup bibirku dengan lembut.
Aku tak bisa membayangkan, bagaimana rona wajahku saat ini. Dia memang hebat.
Pria ini mampu membuat hatiku menjadi kebun bunga yang sedang bermekaran
kapanpun ia mau. Bahkan hanya dengan menyatakan ungkapan disela ia main game sembari
mengacak rambutku yang memang sudah berantakan.
Pria hebat itu bernama Dewa. Dia yang beberapa
waktu ini meluluhlantahkan semua pertahanan hatiku. Dia begitu tampan. Tak
peduli apapun yang ia kenakan, aku selalu dibuat terpesona olehnya. Dewa
benar-benar tipikal pria idamanku. Dengan Tinggi badan mencapai 180cm dan
bahunya yang tegap membuatnya lebih cocok menjadi seorang model ketimbang
seorang supir sebuah alat transportasi udara. Dadanya yang bidang membuatku
selalu ingin bersandar disana. Kulitnya yang coklat membuatnya terlihat seksi
daripada Lee Min Hoo. Ada sedikit perbedaan di warna kulit lengan kanan dan
kirinya. Yang kanan terlihat lebih legam. Mungkin karna sinar UV yang setiap
hari menyinarinya melalu jendela kokpit sebelah kanan. Alis yang tebal membuat
sorot matanya semakin misterius.
Aku selalu dibuat salah tingkah oleh tatapan yang seolah menelanjangiku satu persatu.
Dia Dewa di relung hati yang tak terusik oleh
siapapun.
Dia Dewa, yang menguasai otakku dipagi hari hingga
tengah malam saat aku beranjak menapaki mimpi.
Dia Dewa, yang membuatku ingin bersandar dan
menghentikan detik detik jam hingga tenggelam.
Dia Dewa, yang aku harapkan kelak berkebun saat aku
memasak, Menyeruput kopi adukanku sebelum bekerja, Mengantarkan pahlawan kecil dan putri tercantik kami menuju mimpi, lalu
mengecupku dan berbagi kasur hingga terlelap.
Selamat Malam Dewa